Skripshit, band punk rock yang terbentuk dan tumbuh di kota Solo sejak tahun 2012. Terdiri dari Fian (Guitar/Vocal), Catur (Bass/Vocal), Ary (Lead Guitar), dan Amin (Drum). Pada akhir Maret kemarin tepatnya tanggal 31 Maret 2017, mereka merilis EP perdana yang diberi judul We Don't Have Skill dengan permainan cepat ala NOFX, No Use For A Name, dan Useless ID.
Di dalam EP ini berisikan enam lagu diantaranya Saddest Man dan Goofy Goverment. Kabarnya untuk wilayah Pontianak bisa mendapatkan CD ini di PTK Distribution seharga 20.000 rupiah .
INTERVIEW
Boleh diceritakan sedikit tentang konsep pembuatan album ini?
Album ini di konsep secara natural, apa yang mampu kami kerjakan, skill yang ada kami maksimalkan di dalam album ini, unek-unek yang ada di dalam otak kami tuangkan semua di album ini.
"We Dont Have Skill", apa makna dibalik judul album tersebut?
Sebenarnya nama album We Don't Have Skill bukan hanya tentang keterbatasan skill semata, tapi juga ada arti dibalik nama We Don't Have Skill dengan cover album itu, cover dengan gambar anak Palestina yang marah, geram dan tanpa senjata. Seorang gadis kecil melawan seorang tentara zionist menandakan mereka tidak punya skill tapi mereka mempunyai keinginan yang kuat, dan itu akan menjadi sebuah keajaiban.
Berapa lama waktu yang dihabiskan dalam pembuatan album ini?
Delapan bulan, waktu yang sangat lama. Karena disibukkan dengan pekerjaan masing-masing personil, dan kami memang susah untuk menentukan jadwal recording dengan masing-masing personel.
Bagaimana tentang penulisan lirik dan aransemen di album ini?
Penulisan lirik, kami merujuk dengan masalah sosial dan politik yang sedang di perbincangkan. Tentang kebijakan pemerintah yang dinilai sepihak dan langkah politik pemerintah yang dinilai membuat kaum pribumi termarjinalkan. Kalau aransemen, kami menggunakan sounds 90-an agar dapat sound chruncy dan tone yang tepat. Ditambah ketukan cepat ala american punk dan octaver riff guitar ala punk europe. Aransemen kami memang banyak dapat dari referensi bermusik sih.
Adakah kendala dalam pembuatan album?
Kendala dalam pembuatan album ini cuma waktu aja sih. Waktu antara kerja, kuliah dan jadwal kosong studio recording di Solo aja. Jadi memang cari jadwal yang benar-benar kosong dan fokus buat record aja sih.
Setelah ini, apakah ada rencana untuk menjalankan tour?
Setelah ini Insyaallah tour di Jawa dulu sih, bersama teman-teman underground di Solo lintas genre.
Terakhir, apa harapan terbesar kalian setelah merilis album ini? dan apakah ada yang ingin disampaikan ke para pembaca?
Harapan yang pastinya bisa terus berkarya dengan support dari EO atau Penyelenggara dan pendengar dengan menghargai sebuah karya dengan cara salah satunya membeli album fisiknya. Yang ingin disampaikan ke pembaca sih cuma pesan dari lagu kami, yang mendeskripsikan emosi dari segala unsur politik dan sosial, dengan kacamata skripshit!
Add Your Comments